top of page

Kongres yang Menyejarahkan UKBI

Diperbarui: 14 Nov 2024

Dr. Atikah Solihah, M.Pd.


Artikel ini telah ditayangkan di koran Tempo


Sering kali informasi menarik muncul kala terjadi dialog ringan antarinsan. Dalam pertemuan ilmiah seperti Kongres Bahasa Indonesia (KBI), bukan hanya informasi menarik yang muncul, melainkan juga gagasan bernas yang tergali dari pemikiran jauhari dan cendekiawan bahasa yang dibincangkan dan diabstraksi dengan apik hingga menyejarah dalam untaian data.

Informasi dalam dialog ringan mudah pupus sebagaimana abu di atas tanggul, tetapi gagasan bernas para cendekiawan bahasa atau munsyi dalam KBI dapat makin menguat. Gagasan tersebut tidak untuk menandai pemikiran sesaat, tetapi gagasan untuk menjawab persoalan, gagasan untuk mengatasi kelemahan, gagasan untuk memudahkan proses, gagasan untuk mengelola sumber daya, gagasan untuk menguatkan dampak, dan gagasan untuk menjawab tantangan di bidang kebahasaan. Gagasan tersebut dapat menjadi landasan bagi pemerintah serta masyarakat dalam mengembangkan, menguatkan, dan memartabatkan bahasa Indonesia.

Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) merupakan salah satu buah perbincangan dalam KBI. Rekomendasi dalam KBI merupakan catatan penting atas perjalanan panjang pengembangan tes kemahiran berbahasa Indonesia tersebut. Dari arsip sejarah kita ketahui bahwa UKBI  digagas dalam KBI V tahun 1988. Saat itu dinyatakan dalam rekomendasi bahwa untuk keperluan pengujian kemampuan berbahasa Indonesia, hendaknya disusun bahan ujian bahasa Indonesia yang bersifat nasional. Selanjutnya, UKBI diwujudkan dalam desain tes berbasis kertas dan pensil. Saat itu desain tes UKBI masih mengikuti pandangan teori klasik (CTT).

UKBI terus dimutakhirkan. Dalam perhelatan KBI selanjutnya, UKBI dipamerkan dalam bentuk luar jejaring. Pada saat itu, UKBI mulai beralih dari berbasis kertas ke berbasis komputer. Soal dibuat dalam bentuk baterai uji. Soal diakses dan disajikan melalui komputer yang saling terhubung dengan jejaring LAN.

Dalam KBI XI tahun 2018, UKBI disebutkan dalam salah satu butir rekomendasi. Dalam butir tersebut dinyatakan bahwa pemerintah harus memperluas penerapan UKBI di berbagai lembaga pemerintah dan swasta. Setelah itu, pada awal tahun 2021, Badan Bahasa, Kemendikbudristek mengembangkan dan meluncurkan UKBI Adaptif Merdeka dengan desain mutakhir yang dapat diujikan secara masif. Dengan administrasi berbasis internet, desain tes yang dikembangkan adalah MSAT yang mengacu pada teori tes modern (IRT). Soal UKBI Adaptif disajikan secara bertingkat dan bervariasi melalui panel dan modul pengujian. Jumlah butir soal tiap peuji bergantung pada seberapa mampu ia mengerjakan soal secara berjenjang dalam jalur panel. Dengan desain baru tersebut, UKBI Adaptif mendapat hak cipta kembali pada tahun 2022 dengan nomor pencatatan 000397427.

UKBI Adaptif didefinisikan sebagai instrumen sahih dan resmi berdesain adaptif untuk  mengukur kemahiran berbahasa Indonesia, baik bagi penutur jati maupun penutur asing, baik penutur berkemahiran rendah maupun penutur berkemahiran tinggi. Karena keadaptifannya, UKBI dapat menguji kemahiran berbahasa lintas profesi. Sertifikatnya dapat digunakan untuk syarat jabatan fungsional, syarat beasiswa, sertifikat pendamping kelulusan, sertifikasi pengajar, dan keperluan lain.

Selain merekam perjalanan desain tes, KBI dapat menandai pertumbuhan peuji. Sejak awal dikembangkan hingga dalam versi adaptif, jumlah peuji tahun 2022 merupakan jumlah capaian tertinggi. Pada tahun tersebut teruji sejumlah 219.358 penutur bahasa Indonesia. Rata-rata setiap hari sepanjang tahun sejumlah 600 orang mengikuti UKBI. Tentu diperlukan kemampuan layanan dan sumber daya manusia yang mumpuni untuk dapat melayani peuji harian sejumlah itu. Angka 600 tersebut hakikatnya tidak sekadar menggambarkan jumlah peuji. Angka tersebut dapat ditafsirkan bahwa rata-rata setiap hari sepanjang tahun ada 600 orang dari masyarakat Indonesia yang memberi perhatian khusus terhadap kemahirannya dan tergugah perhatiannya dalam berbahasa Indonesia. Melalui UKBI, penutur bahasa Indonesia dapat terpajan dengan penggunaan bahasa Indonesia yang seturut kaidah dan termotivasi untuk berbahasa Indonesia dengan lebih baik lagi.

Uraian singkat tersebut menggambarkan bahwa KBI telah menandai kehadiran dan kemajuan UKBI. Dalam Kongres Bahasa Indonesia XII, kita berharap bahwa muncul gagasan bernas tentang UKBI, di samping gagasan lain terkait pengembangan, pembinaan, dan pelindungan bahasa. Pada akhirnya kita berharap bahwa KBI dapat terus menggempitakan bahasa Indonesia, baik di bilik sejarah maupun di layar masa depan. Semoga.

 


 
 
 

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page