UKBI Adaptif Merdeka: Membangun Bangsa melalui Kemahiran Berbahasa
- Sketsa Bahasa
- 1 Nov 2024
- 7 menit membaca
Diperbarui: 14 Nov 2024
Dr. Atikah Solihah, M.Pd.
Artikel ini telah disampaikan pada buletin MABBIM
Kemahiran Berbahasa Indonesia
Penutur bahasa Indonesia patut berbangga bahwa sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, bahasa Indonesia telah ditopang dengan salah satu penguat, yaitu tes untuk menguji kemahiran berbahasa Indonesia yang disebut dengan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI). Tes ini disusun untuk menjawab pertanyaan pada tingkat manakah kemahiran berbahasa Indonseia seorang penutur, baik penutur jati maupun penutur asing. Melalui UKBI, kemahiran berbahasa penutur bahasa Indonesia akan dipetakan dalam bentuk predikat dan skor uji. Diharapkan setiap penutur bahasa Indonesia dapat memiliki kemahiran berbahasa sesuai dengan standar. Penguatan tentang standar kemahiran berbahasa dengan menggunakan UKBI telah terdapat dalam Peraturan menteri Pendidikan dan Kebidayaan Nomor 70 Tahun 2016 tentang Standar Kemahiran Berbahasa. Dalam aturan tersebut tercantum bahwa standar kemahiran berbahasa Indonesia diukur dengan Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI).
Penskoran UKBI merentang dari angka 251 hingga 800 dengan pemerian predikat sebagai berikut: 1) istimewa (skor 725—800), 2) sangat unggul (skor: 641—724), 3) unggul (skor: 578—640), 4) madya (skor: 482—577), 5) semenjana (skor: 405—481), 6) marginal (skor: 326—404), dan terbatas (Skor: 251—325). Skor tersebut tertera di dalam sertifikat digital yang akan diperoleh setiap peserta setelah selesai mengikuti UKBI. Di dalam sertifikat juga tercantum capaian kemahiran dalam setiap seksi yang diujikan, seperti Seksi Mendengarkan, Seksi Merespons Kaidah, Seksi Membaca, Seksi Menulis, dan Seksi Berbicara. Semua seksi yang diuji merupakan representasi dari kemahiran berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupu tulis, yang ditambah dengan kemampuan peserta dalam merespons kaidah bahasa Indonesia. Tingkat atau predikat yang tepat dan direkomendasikan untuk setiap penutur akan berbeda.
Empat kemahiran berbahasa dapat saja dikuasai secara penuh oleh penutur bahasa. Akan tetapi, tidak sedikit yang memperlihatkan kekuatan pada satu kemahiran berbahasa dan kelemahan pada kemahiran berbahasa lain. Oleh karena itu, dapat dipahami bahwa kalangan profesional tertentu dapat memiliki kemahiran menulis yang tinggi, tetapi memiliki kelemahan pada kemahiran berbahasa yang lain. Hal itulah yang menunjukkan perbedaan hasil UKBI pada kalangan profesional, seperti wartawan, penerjemah, manajer, guru, dan dosen. Yang perlu dipertimbangkan tentu disparitas antarkemahiran tersebut diusahakan tidak terlalu jauh sehingga yang bersangkutan, sekalipun lemah dalam kemahiran tertentu, tetap dapat melaksanakan tugas kebahasaan dalam kemahiran tersebut. Bagi kalangan pelajar dan mahasiswa, kemahiran berbahasa yang tertera masih memiliki peluang yang sangat besar untuk ditingkatkan karena proses belajar mereka yang belum tuntas.
Secara khusus dapat dipetakan manfaat yang dapat diperoleh dari peta kemahiran berbahasa Indonesia penutur bahasa Indonesia. Manfaat Kemahiran Berbahasa bagi kalangan pendidikan tinggi adalah 1) memperoleh ilmu pengetahuan secara lisan dan tulis melalui kegiatan mendengarkan dan membaca; 2) mengolah informasi lisan dan tulis dengan benar diiringi dengan pemahaman kaidah bahasa Indonesia; 3) menyampaikan pengetahuan secara lisan dan tulis melalui berbicara dan menulis yang disertai dengan pemahaman kaidah bahasa Indonesia; 3) melakukan dan melaporkan penelitian di berbagai media dan forum ilmiah melalui kemahiran lisan dan tulis; 4) menyampaikan berbagai prosedur, teknik, dan tata kelola berbagai disiplin ilmu melalui kemahiran berbahasa lisan dan tulis; 5) memahami berbagai variasi teks dan penyajiannya sesuai dengan disiplin ilmu masing-masing yang relevan dengan aktivitas keilmiahan dan kebutuhan di dunia kerja.
Sementara itu, manfaat kemahiran berbahasa bagi kalangan pelajar adalah 1) mampu memahami dengan baik ilmu pengetahuan yang disampaikan secara lisan oleh pendidik; 2) mampu memahami dengan baik ilmu pengetahuan yang tertera dalam buku bacaan; 3) mampu menyampaikan hasil pemahamannya dan memberikan umpan balik terhadap ilmu pengetahuan yang didapat secara lisan; 4) mampu menyampaikan hasil pemahamannya dan memberikan umpan balik terhadap ilmu pengetahuan yang didapat secara tertulis; dan 5) mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang baik sesuai dengan usia dan jenjang sekolahnya, baik kepada orang tua, guru, sesama pelajar, maupun kepada penutur lain.
Bagi kalangan profesional, pemahaman terhadap kemahiran berbahasa akan memberi manfaat yang penting. Manfaat kemahiran berbahasa bagi kalangan profesional, di antaranya 1) mudah memahami dan menginterpretasi apa yang tertera dalam teks tulis dan lisan yang digunakan dalam kerja profesionalnya; 2) mudah mengidentifikasi ungkapan dan istilah terkait bidang kerjanya.; 3) mudah menjalankan tugas, perintah, saran, atau bimbingan, baik secara lisan maupun tulis dengan baik; 4) mampu memilih bentuk dan pilihan kata serta struktur kalimat yang tepat saat menyusun teks atau mengungkapkan gagasan dalam bahasa Indonesia; 5) mampu berdiskusi dan menyelesaikan tugas dengan baik dalam kerja yang selaras; dan 6) meningkatkan keefektifan waktu kerja. Tentu saja pemerian ini memiliki keterbatasan. Akan banyak lagi manfaat yang dapat diuraikan dari karaktersitik penutur bahasa Indonesia yang berbeda.
Secara lebih khusus, terdapat perbedaan kebutuhan penutur bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia. Hal inilah yang menjadi landasan standar kemahiran berbahasa berbagai karakteristik penutur bahasa Indonesia, di antaranya 1) penutur dengan tuntutan keprofesian yang harus aktif dalam berbahasa Indonesia secra lisan dan tulis; 2) penutur dengan tuntutan keprofesian yang harus aktif dalam berbahasa Indonesia secara tulisa saja; 3) penutur dengan tuntutan keprofesian yang harus aktif dalam berbahasa Indonesia secara lisan saja; 4) penutur dengan tuntutan akademis yang harus aktif dalam berbahasa Indonesia secara lisan dan tulis; 5) penutur dengan tuntutan akademis yang harus aktif dalam berbahasa Indonesia secara lisan; 6) penutur dengan tuntutan akademis yang harus aktif dalam berbahasa Indonesia secara tulis; dan 7) penutur tanpa tuntutan komunikasi tuntutan keprofesian dan tuntutan akademik, tetapi cukup dengan tuntutan bersosialisasi dan berkomunikasi secara sintas untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari.
Materi UKBI dibalut dalam ranah komunikasi yang diperlukan penutur bahasa Indonesia. Materi UKBI terdiri atas beragam topik pengetahuan. Keragaman topik dan keragaman ranah komunikasi UKBI akan akan membuka cakrawala pengetahuan seseorang sesuai dengan dunia yang digelutinya. Hal yang diuji bukan tentang pengetahuannya, tetapi bagaimana pengetahuan tersebut dipahami dan direfleksikan dalam kemahiran mendengarkan, membaca, menulis, dan berbicara sesuai dengan penguasaan kebahasaannya. Hal itu selaras dengan apa yang diungkapkan oleh Widdowson (1978) yang membedakan antara penguasaan aturan atau teori tentang bahasa yang disebut usage dan penggunaan bahasa yang disebut use. Hal itu selaras pula dengan apa yang diungkapkan oleh Saussure yang membedakan istilah langue dan parole dan Chomsky yang membedakannya dengan istilah competence dan performance.
UKBI Adaptif Merdeka
Uji kemahiran berbahasa dalam era modern seharusnya memang dapat dilakukan sedinamis mungkin, sefleksibel mungkin, semudah mungkin untuk diakses, dan seluas mungkin kesempatan untuk dilakukan, serta tidak terkendala ruang dan waktu. Uji kemahiran berbahasa seyogianya dapat dilakukan sepanjang kebutuhan untuk mengetahui kemahiran berbahasa sebagai landasan untuk peningkatan atau pengayaan kemahiran berbahasa seseorang diperlukan. Uji kemahiran berbahasa Indonesia (UKBI) Adaptif Merdeka yang telah dikembangkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek ini telah memberi ruang dan kesempatan bagi penutur bahasa Indonesia untuk dapat melakukan ujian dengan mengurangi kendala ruang dan waktu yang sering muncul dala ujian konvensional.
UKBI Adaptif Merdeka berlandaskan sistem MSAT (multi stage adaptive testing). Dalam lingkup tes, MSAT merupakan pengembangan mutakhir dari sistem CAT (Computer Adaptive test). Kekuatan CAT terletak pada efisensi dalam menyajikan soal kepada peserta uji. Aplikasi pada komputer diatur sedemikian rupa sehingga dapat menyeleksi, memberikan butir soal, dan menskor jawaban peserta sesuai dengan kemampuan peserta. Beberapa riset mendukung keefesienan dari CAT. McBride & Martin (1983) menyampaikan bahwa jumlah butir soal pada tes CAT adalah 2,57 kali lebih rendah untuk mencapai tingkat reliabilitas yang sama dengan tes konvensional. Eignor, et al. (1993) juga menyimpulkan bahwa dengan rancangan tes adaptif hanya memerlukan panjang tes kurang lebih setengah dari panjang perangkat paper and pencil test pada tingkat presisi pengukuran yang sama. Simpulan Weiss (2004) dan Santoso (2009) juga mendukung hal yang sama bahwa tes adaptif juga efisien dan efektif untuk pengukuran di bidang pendidikan.
Pada MSAT kekuatan ini diperluas dengan tingkat soal yang bervariasi dan berjenjang melalui panel dan modul pengujian. Beberapa ahli yang telah menyampaikan karakteristik tes MSAT adalah Luecht and Nungester (1998, 2000); Armstrong, Jones, Koppel, and Pashley (2004); Edwards and Thissen (2004); Zenisky and Hambleton (2004); and Xing and Hambleton (2004); Breithaupt, Ariel,and Veldkamp (2004); dan (Yan et al., 2014). Jenis tes ini belum banyak digunakan di Indonesia mengingat kerumitan prosedur perakitannya. Dengan tes berbasis MSAT, peserta dapat terwadahi dalam butir soal yang sesuai dengan kemampuannya. Dalam tes ini, jumlah butir tiap peseta uji berbeda bergantung pada seberapa mampu ia mengerjalan modul (testlet) yang terangkum secara berjenjang dalam jalur panel.
UKBI Adaptif Merdeka merupakan generasi mutakhir dari UKBI berbasis internet. Sebagaimana karakter tes berbasis MSAT, UKBI MSAT juga dirancang dalam bentuk modul. Pengembangan awal terdapat tiga modul, yaitu Modul Mendengarkan, Modul Merespons Kaidah, dan Modul Membaca. Pengembangan mutakhir telah sampai pada tes Menulis dan Berbicara. Melalui UKBI Adaptif penutur bahasa Indonesia dengan performa apa pun dapat dipotret kemahirannya dengan efisien. Peserta uji akan mendapatkan jumlah soal yang sesuai dengan estimasi kemampuan yang dipotret oleh sistem adaptif. Oleh karena itu, jumlah butir soal tiap peserta uji akan berbeda.
Dampak UKBI bagi Pembangunan Bangsa
Secara lebih mendalam, UKBI diharapkan memiliki dampak positif bagi penutur bahasa Indonesia sebagai unsur sasaran yang bertalian langsung dengan UKBI. Selain itu, dampak positif juga diharapkan akan muncul bagi perkembangan bahasa Indonesia menuju bahasa modern dan bahasa internasional. Secara umum dapat diketahui bahwa bertalian dengan dampak, tes bahasa dapat memiliki empat nilai, tidak berdampak, berdampak positif, berdampak negatif, dan berdampak keduanya (positis sekaligus negatif).
Tes tidak berdampak jika diketahui setelah hasil tes diperoleh, tidak ada pengaruh, baik manfaat maupun efek negatif bagi penyelenggara, pengambil kebijakan, pelaksana kebijakan, dan bagi peserta uji. Ada atau tidak adanya tes tidak bermakna bagi keempat komponen tersebut. Tes berdampak positif jika hasil tes dapat memberi informasi akurat yang dapat dijadilan landasan kebijakan yang berhubungan dengan peserta uji. Tes berdampak negatif jika hasil tes memberi informasi yang tidak akurat, berlawanan, atau memberi tekanan psikologis yang besar bagi peserta uji. Adapun tes yang berdampak positif dan negatif merupakan tes yang hasil tes memberi informasi untuk memajukan peserta uji sekaligus ada sisi lain untuk membuat peserta uji menjadi lebih tertinggal.
Dampak utama tes dalam pembelajaran seharusnya mengacu pada peningkatan prestasi peserta didik. Melalui tes tersebut prestasi peserta didik dapat dilihat apakah meningkat, menyeluruh, sesuai dengan standar performansi yang diharapkan atau tidak. Akan tetapi, secara umum tes dapat digunakan oleh pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan untuk menargetkan sumber daya pendidikan ke sekolah atau wilayah geografis yang berprestasi rendah. Tes juga dapat dimanfaatkan untuk membentuk dan mendorong praktik pedagogis guru sesuai dengan cara yang diinginkan. Melalui tes, guru dapat dimotivasi untuk meningkatkan kualitas pengajarannya. Guru pun dapat mengambil manfaat langsung dari tes berupa informasi yang dapat dijadikan landasan target perbaikan dalam pengajaran. Hasil tes juga dapat memperkuat penarikan dana pada sektor pendidikan. (Chapman dan Snyder (2000)
Sebagai tes dengan kerangka acuan dan layanan yang meodern, UKBI Adaptif Merdeka diharapkan dapat memiliki dampak positif yang kuat. Tes terstandar yang dikembangkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemendikbudristek ini telah diresmikan oleh Menteri Pendidikan pada tanggal 29 Januari 2021. Selama 9 bulan perjalanannya melayani penutur bahasa Indonesia, telah ada 79.177 penutur bahasa Indinesia yang teruji, sebagian besar kalangan pelajar dan mahasiswa. Hasil uji yang telah diperoleh penutur tersebut diharapkan dapat menjadi titik balik peningkatan kemahiran berbahasa para peuji. Penutur dapat meningkatkan kualitas keamhirannya melalui berbagai layanan kebahasaan yang merupakan program Badan Bahasa. Penutur pun dapat meningkatkan kemahirannya secara mandiri dari berbagai sumber dan layanan komunitas atau lembaga lain. Dengan demikian, ekosistem kemahiran berbahasa akan terlihat dan terjaga secara dinamis.
Pada ekosistem ini diharapkan akan terbentuk kebanggaan dan penghargaan terhadap bahasa Indonesia. Ekosistem kemahiran berbahasa yang meluas akan dapat meningkatkan produktivitas sumber daya manusia, pada bidang apa pun, sebagaimana pada yang tertera dalam bagian awal tulisan ini. Pada bagian akhir nanti secara utuh uji kemahiran berbahasa ini dapat berperan dalam pembangunan bangsa Indonesia sebagaimana dalam slogan melalui kemahiran berbahasa, kita majukan bangsa.
Komentar